PROSES PEMURNIAN ASAP CAIR UNTUK PENURUNAN KADAR BENZO(A)PYRENE TERHADAP KEAMANAN PANGAN

PROSES PEMURNIAN ASAP CAIR UNTUK PENURUNAN KADAR BENZO(A)PYRENE TERHADAP KEAMANAN PANGAN

LIQUID SMOKE PURIFICATION PROCESS FOR BENZO(A)PYRENE
 LEVELS LOWERING ON FOOD SAFETY

S.P.Abrina Anggraini, Susy Yuniningsih
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Jl. Telaga Warna Blok C Tlogomas Malang
sinar_abrina@yahoo.co.id

Abstrak

Merebaknya produk makanan yang diawetkan dengan formalin membuat cemas masyarakat akan produk makanan. Serangkaian penelitian dengan tujuan mendapatkan kandungan asap cair yang berkualitas sebagai alternatif pengganti bahan pengawet makanan pada kondisi operasi yang berbeda untuk mendapatkan grade 3 dan melakukan pemurnian asap cair untuk mendapatkan grade 2, dan grade 1 terhadap bahan baku tempurung kelapa, akan dilaksanakan selama 2 tahun.  Asap cair yang dihasilkan dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan dengan berbagai cara seperti penyemprotan, pencelupan, atau dicampur langsung ke dalam makanan sehingga aman digunakan untuk kesehatan masyarakat yang menjadi target pengganti bahan pengawet makanan yang aman digunakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kandungan benzo(a)pyrene dengan menggunakan proses pemurnian asap cair sehingga akan lebih aman digunakan untuk masyarakat sebagai pengganti bahan pengawet yang alami sekaligus pengurangan senyawa hidrokarbon polisiklis aromatik dengan cara redestilasi asap cair tempurung kelapa pada suhu dan waktu tertentu.
            Pada penelitian ini menggunakan alat pirolisis untuk pembuatan asap cair dan  destilasi dilanjut dengan kolom zeolit aktif dan kolom berisikan karbon aktif sehingga didapatkan produk asap cair grade 2 dan grade 1 melalui proses pemurnian untuk mendapatkan karakterisasi asap cair antara lain rendemen, nilai pH, dan kadar total fenol kemudian di analisa menggunakan GC/MS dan LC/MS.
Kata kunci ; tempurung kelapa, pirolisis, pemurnian, asap cair

Abstract

Outbreak of food products preserved with formalin makes people anxious to food products. A series of studies with the aim of getting quality content of the liquid smoke as an alternative to a food preservative at different operating conditions to get the grade 3 and perform purification of liquid smoke to get a grade 2, and grade 1 of the coconut shell raw material, will be held for 2 years. Liquid smoke produced can be applied to various kinds of materials in various ways such as spraying, dipping, or mixed directly into food that is safe to use for public health are targeted replacement of safe food preservative used.
         The purpose of this study was to determine the content of benzo (a) pyrene by using liquid smoke purification process so it would be safe to use as a replacement for the natural preservative as well as the reduction of aromatic hydrocarbons polisiklis byredistillationof liquid smoke coconut shell on temperature and time.     
 In this study using pyrolysis equipment for the manufacture of liquid smoke and distillation continued with active zeolite columns and columns containing activated carbon to obtain a liquid smoke product grade 2 and grade 1 through a purification process to obtain the characterization of liquid smoke such as yield, pH, and levels of total phenol then analyzed using GC/MS  and LC/MS
Keywords; coconut shell, pyrolysis, refining, liquid smoke
 



PENDAHULUAN

Ditemukannya sifat karsinogen hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dalam asap kayu telah meningkatkan banyaknya penelitian dalam analisis asap dan makanan yang diasap (Hamm, 1976). Salah satu HPA yang banyak menjadi perhatian adalah benzo(a)pyrene. Senyawa ini digunakan sebagai indikator kontaminasi HPA dalam makanan karena penyebarannya sangat luas di alam dan sangat karsinogenik (Rhee dan Bratzler, 1968). Pembentukan hidrokarbon polisiklis aromatis dalam asap dan makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain komposisi kayu, suhu pirolisis (Tilgner, 1976) dan kandungan lemak bahan (Doremire et al., 1979)
Merebaknya produk makanan yang diawetkan dengan formalin membuat cemas masyarakat akan produk makanan tersebut. Penggunaan formalin sungguh berbahaya sehingga berakibat fatal bagi tubuh. Pemakaian formalin banyak dilakukan karena harganya yang murah dan penggunaannya yang mudah. Selain itu, pengetahuan mengenai bahaya pemakaian formalin sebagai bahan pengawet bahan makanan sangat kurang sehingga semakin banyak produsen atau distributor makanan memakai bahan formalin untuk mengawetkan produk makanan yang dijual. Padahal, Badan Pengawasan Obat dan Makanan melarang penggunaan formalin untuk mengawetkan makanan.
Kondisi tersebut memerlukan suatu solusi untuk memecahkannya. Salah satu solusi yang dapat dipakai adalah asap cair (liquid smoke) dengan cara pirolisis yang juga menghasilkan produk berupa arang selain asap cair. Asap cair merupakan bahan kimia hasil destilasi asap hasil pembakaran. Asap cair yang mengandung sejumlah senyawa kimia diperkirakan berpotensi sebagai bahan baku zat pengawet, antioksidan, desinfektan, ataupun sebagai biopestisida (Nurhayati, 2000). Indonesia merupakan salah satu sentra komoditas perkebunan utama yaitu kelapa (Cocos nucifera). Peningkatan produksi kelapa juga menimbulkan beberapa masalah antara lain banyak sampah cangkang atau tempurung kelapa yang terbuang dengan sia-sia terus menumpuk sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia. Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan, sehingga pada pembuatan asap cair ini digunakan bahan baku dari tempurung kelapa yang tidak termanfaatkan. Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu, temperatur pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat pembuatan asap cair (Girard, 1992). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kandungan benzo(a)pyrene dengan menggunakan proses pemurnian asap cair sehingga dapat digunakan untuk masyarakat sebagai pengganti bahan pengawet yang alami dengan pengurangan senyawa hidrokarbon polisiklis aromatik dengan cara redestilasi asap cair tempurung kelapa pada suhu dan waktu tertentu.
Asap cair mempunyai berbagai sifat fungsional. Fungsi terutama adalah untuk meberi flavor dan warna yang diinginkan pada produk asapan yang diperankan oleh senyawa fenol dan karbonil. Fungsi selanjutnya yaitu dalam pengawetan karena kandungan senyawa fenol dan asam yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan (Pszczola, 1995). Asap cair juga mengandung senyawa yang merugikan yaitu tar dan senyawa benzo(a)pyrene yang bersifat toksin dan karsinogenik serta menyebabkan kerusakan asam amino essensial dari protein dan vitamin-vitamin.
Redistilasi merupakan salah satu cara pemurnian terhadap asap cair yaitu merupakan proses pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Redistilasi asap cair dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dan berbahaya, seperti polisiklik aromatis hydrokarbon (PAH) dan tar, dengan cara pengaturan suhu didih sehingga diharapkan di dapat asap cair yang jernih, bebas tar dan benzo(a)pyrene.



METODE PENELITIAN
Bahan dan alat
            Bahan utama yang digunakan adalam penelitian iniadalah asap cair tempurung kelapa yang dibuat pada suhu 400oC selama 5 jam. Asap cair yang diperoleh disimpan selama satu minggu untuk memberi kesemapatan tar dan senyawa tidak larut lainnya mengendap. Kemudian dialirkan melalui kolom zeolit aktif dan dilanjutkan dengan melewati kolom karbon aktif.
            Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pirolisator, alat distilasi yang dilengkapi alat pengatur suhu, dan alat analisa yang digunakan adalah spektrometer Gas Chromatography and Mass Spectrometri (GC-MS) merk Hewlett Packard GC 6890 MSD 5973 yang dilengkapi data base sistem Chemstation dan LC-MS (Liquid Chro matography and Mass Spectrometri).
Pelaksanaan Penelitian
Mula-mula 3 kg tempurung kelapa yang sudah dibersihkan dari sabutnya dan telah diperkecil ukurannya dimasukan ke reaktor pirolisis, dipanasi dengan suhu yaitu  4000C selama 5 jam, akan diperoleh 3 fraksi : 1. Fraksi padat berupa arang tempurung dengan kualitas tinggi, 2. Fraksi berat berupa Tar, 3. Fraksi ringan berupa asap dan gas methane. Dari fraksi ringan kita alirkan ke pipa kondensasi sehingga diperoleh asap cair sedangkan gas methane tetap menjadi gas tak takterkondensasi (bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar). Asap cair yang diperoleh belum bisa dipergunakan untuk pengawet makanan karena masih mengandung bahan berbahaya, sehingga perlu dilakukan pemurnian asap cair bertujuan untuk meminimalisir jumlah tar pada asap cair.
Asap cair yang diperoleh dari kondensasi asap pada proses pirolisis diendapkan lebih dahulu satu minggu kemudian cairan diatas kita ambil dan dimasukkan ke dalam alat destilasi pada suhu sekitar 1500C, hasil destilat kita tamping. Hasil dari filtrasi distilat dilewati dengan zeolit akitif bertujuan untuk mendapatkan asap cair yang benar-benar bebas dari zat berbahaya seperti benzopyrene. Caranya dengan mengalirkan asap cair distilat kedalam kolom zeolit aktif sehingga diperoleh filtrat asap cair yang benar-benar aman dari zat berbahaya seperti benzopyrene. Proses filtrasi selanjutnya dilewatkan melalui kolom karbon aktif untuk mendapatkan filtrate asap cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat, caranya filtrate dari filtrasi zeolit aktif dialirkan kedalam kolom yang berisi karbon aktif sehingga filtrate yang kita peroleh berupa asap cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat, maka sempurnalah asap cair sebagai bahan pengawet makanan yang aman dan efektif serta alami.
Asap cair yang diperoleh dika rakterisasi dengan metode standar meli puti total fenol, asam dan kandungan benzo(a)pyrene. Analisa yang digunakan untuk menjaga kualitas asap cair yaitu di uji dengan menggunakan GC/MS dan LC/MS.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi kimia tempurung kelapa
Penelitian terhadap komposisi kayu (selulosa dan lignin) menunjukkan bahwa kadar lignin pada tempurung kelapa yaitu sebesar 29,4% sedangkan kadar selulosa sebesar 26,6%
Kandungan benzo(a)pyrene asap cair
            Hasil penelitian kandungan ben zo(a)pyrene asap cair dari tempurung kelapa pada suhu pirolisis 400oC didapatkan hasil tidak terdeteksi kandungan benzo(a)pyrene di dalam sasap cair grade 1. Data tersebut menunjukkan bahwa asap cair dari tempurung kelapa mengandung benzo(a) pyrene yang tinggi, hal ini karena tempurung kelapa memiliki kandungan lignin yang tinggi sesuai dengan pendapat Maga (1986) yang menyatakan bahwa komposisi kayu mempengaruhi kandu ngan benzo(a)pyrene, dimana kayu yang mengandung lignin yang lebih tinggi akan menghasilkan asap cair dengan kandu ngan benzo(a)pyrene yang lebih tinggi, karena akan terbakar lebih panas dibandingkan kayu dengan lignin lebih sedikit. Dengan demikian semakin banyak lignin yang terdekomposisi, sehingga lebih banyak benzo(a)pyrene yang terbentuk.
Pemanfaatan zeolit untuk menyerap benzo(a)pyrene
Zeolit mengalami dehidrasi apabila dipanaskan. Meskipun struktur kerangka zeolit akan menyusut, kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan yang nyata, karena molekul H2O dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit terdehidrasi sebagai adsorben dan penyaring molekul, dikarenakan strukturnya yang berongga, sehingga mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran sesuai. Selektivitas dan efektivitas adsorpsinya juga tinggi. Penggunaan zeolit aktif sebagai penyerap sangat efektif dalam menurunkan kandungan benzo(a)pyrene yang terdapat di dalam asap cair grade 1.
Tabel 1. Kandungan Benzo(a)pyrene Asap
              Cair Tempurung Kelapa pada Suhu
              Pirolisis 4000C setelah dilewati Kolom
             Zeolit Aktif.
Jenis Sample
Grade Asap Cair
Benzo(a)pyrene (ppb)
Tempurung Kelapa
1
Tidak terdeteksi
3
8,451

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan zeolit aktif sebagai penyerap pada hasil penelitian menunjukkan kandungan benzo(a)pyrene setelah melewati proses filtrasi zeolit aktif tidak terdeteksi. Hal ini tampak adanya penurunan yang terjadi pada kandungan benzo(a)pyrene grade 3 ke grade 1 yaitu dari  8,451 ppb menjadi tidak terdeteksi adanya kandungan benzo(a)pyrene pada asap cair grade 1. Penurunan ini disebabkan karena pada proses aktivasi akan menyebabkan peningkatan pelepasan aluminium dari kerangka zeolit sehingga meningkatkan rasio Si/Al (Trisunaryanti, 1991). Rasio Si/Al yang semakin besar akan meningkatkan adsorpsi molekul-molekul organik yang kurang polar dan berinteraksi lemah dengan air dan molekul-molekul lain yang polar (Barrer, 1978). Proses aktivasi juga meningkatkan kristalinitas dan luas permukaan zeolit, dengan demikian kemampuan adsorpsinya akan makin besar.
Zeolit bersifat adsorben karena memiliki struktur berongga-rongga, sehing ga senyawa tar dan benzo(a)pyrene yang terdapat dalam asap cair saat dilewati penyaring zeolit aktif akan terjebak di dalam rongga zeolit, disini zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Sedangkan asap cair yang molekulnya jauh lebih kecil dapat melewati rongga dari zeolit keluar sebagai filtrat yang bebas senyawa tar dan benzo(a)pyrene, dan zeolit juga dapat melepaskan molekul air dari dalam permukaan rongga sehingga menye babkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama yang menyebabkan terjadinya interaksi saling mengikat antara zeolit dengan tar dan benzo(a)pyrene.
Tabel 2. Komponen Aktif Asap Cair
Jenis Sampel
Grade
Kandungan
Fenol (%)
Asam (%)
Tempurung Kelapa
1
0,67
58,76
3
0,59
8,12

Pada Tabel 2. menunjukkan hasil analisa tersebut  bahwa zeolit juga menyerap komponen lain dalam asap cair. Penurunan kandungan benzo(a)pyrene ternyata diikuti pula perubahan senyawa fungsional antara lain seperti senyawa fenol dan asam. Pada grade 1 adalah asap cair yang memiliki kualitas yang paling tinggi, sedangkan  grade 4 adalah asap cair yang memiliki kualitas paling rendah.
Grade 1 merupakan asap cair yang dihasilkan dari distilasi pada suhu 150°C sampai 200 °C. Grade 1 memiliki kualitas yang tertinggi dibandingkan dengan fraksi asap cair lainnya karena memiliki kandungan fenol dan asam organik yang paling tinggi. Asap cair grade 1 ini memiliki kadar fenol sebesar 0,67% dan kadar asam sebesar 58,76%. Hal ini terjadi karena proses pirolisis pada penelitian ini berlangsung  selama  5 jam sehingga  memungkinkan  bagi  kompo nen  dari  kayu untuk terdekomposisi selu ruhnya menghasilkan senyawa-senyawa penyusun asap cair, termasuk asam-asam organik. Apabila pembakaran dilakukan secara cepat, maka ada kemungkinan komponen kayu tersebut tidak terdekomp osisi secara sempurna. Pirolisis pada suhu 400°C akan menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik tinggi dan pada suhu lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi pembentukan  senyawa  baru  daoksidasi  produk  kondensasi  diikuti  kenaikan linier  senyawa  tar  dan  hidrokarbon  polisiklis  aromatik  (Girrard, 1992; Maga,1988). Menurut Darmadji (1995), fenol dan asam organik berfungsi sebagai zat antimikrobial pada asap cair, dan peranannya akan  semakin  meningkat  apabila  kedua  senyawa  tersebut  ada  bersama-sama.
Grade 3 merupakan asap cair yang berasal dari distilasi pada suhu 100°C sampai 125°C. Asap cair grade 3 ini memiliki kualitas dibawah kualitas asap cair grade 1 karena memiliki kadar fenol dan kadar asam yang lebih rendah. Asap cair grade 3 ini memiliki kadar fenol sebesar 0,59% dan kadar asam sebesar 8,12%. Hal ini disebabkan karena asap cair grade 3 ini memiliki komponen air dalam jumlah yang banyak, sehingga air dapat menurunkan kepekatan dan kualitas dari asap cair.
Kualitas  asap  cair  yang  dihasil kan  pada  penelitian  ini  ditentukan  oleh kadar fenol dan kadar asam pada asap cair karena kedua senyawa tersebut yang memiliki  peranan  paling  besar  sebagai  zat  antimikroba.  Semakin  tinggi  kadar fenol   dan   kada asa dar asa cair,   mak kemampua untuk   mene kan pertumbuhan mikroorganisme  dari asap cair tersebut akan semakin tinggi. Asap cair yang memiliki kualitas paling tinggi (grade 1) memiliki kuantitas yang paling rendah karena kandungan air pada asap cair tersebut sangat rendah sehingga meningkatkan kepekatan dari zat aktif di dalamnya seperti fenol dan asam asetat. Sebaliknya, asap cair dengan kualitas yang paling rendah (grade 3) memiliki kuantitas yang paling tinggi, karena kandungan air di dalamnya sangat tinggi sehingga menurunkan tingkat kepekatan zat aktif di dalamnya. Ini berarti bahwa suhu distilasi mempengaruhi nilai kadar fenol dari asap cair yang diperoleh. Keasaman dari asap cair ini juga dipengaruhi oleh kadar fenol pada asap cair tersebut. Semakin tinggi kadar fenol, maka asap cair akan menjadi semakin asam, hal  ini  dapat  dibuktikan  pada  Tabel  2  
Kadar Fenol
Fenol merupakan  zat aktif yang dapat memberikan  efek antibakteri  dan antimikroba  pada  asap  cair.  Selain  itu,  fenol  juga  dapat  memberikan  efek antioksidan  kepada  bahan  makanan  yang  akan  diawetkan.  Identifikasi  fenol terhadap  kualitas  asap cair yang dihasilkan  diharapkan  dapat  mewakili  kriteria dari mutu asap cair tersebut, sehingga hasilnya dapat diaplikasikan kepada semua produk pengasapan.  Kadar fenol pada asap cair juga menentukan  aplikasi asap cair tersebut.
Kadar Asam
Kadar asam merupakan salah satu sifat kimia yang menentukan kualitas dari asap cair yang diproduksi. Asam organik yang memiliki peranan tinggi dalam asap cair adalah asam asetat. Asam asetat kemungkinan terbentuk sebagian dari lignin dan sebagian lagi dari komponen karbohidrat dari selulosa.
Senyawa-senyawa  asam pada asap cair memiliki sifat antimikroba. Sifat antimikroba tersebut akan semakin meningkat apabila asam organik ada bersama- sama dengan senyawa fenol. Senyawa asam organik terbentuk dari pirolisis komponen-komponen  kayu seperti hemiselulosa dan selulosa pada suhu tertentu.
Hal ini terjadi karena proses pirolisis pada penelitian ini berlangsung  selama  5 jam sehingga  memungkinkan  bagi  komponen  dari  kayu untuk terde komposisi seluruhnya menghasilkan se nyawa-senyawa penyusun asap cair, termasuk asam-asam organik. Apabila pembakaran dilakukan secara cepat, maka ada kemungkinan komponen kayu tersebut tidak terdekomposisi secara sempurna.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.     Penggunaan zeolit aktif sebagai penyerap sangat efektif untuk menurunkan kandungan benzo(a) pyrene.
2.         Kandungan benzon(a)pyre yang ter dapat asap cair grade 3 sebesar 8,541 ppb sedangkan pada asap cair grade 1 tidak terde teksi adanya kandungan benzo (a)pyrene pada suhu pirolisis 400oC dari tempurung kelapa.
3.         Penurunan kandungan benzo(a) pyrene mempengaruhi kualitas senyawa fungsional yang lain, yaitu fenol dan asam pada grade 1 sebesar 1,67% dan 58,76% sedang kan pada grade 3 sebesar 0,59% dan 8,12%.
Saran
Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan tentang mengevaluasi pem buatan asap cair yang maksimal dari berbagai jenis bahan limbah pertanian, sehingga akan termanfaatkan terutama bagi masyarakat
UCAPAN TERIMA KASIH
          Diucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah menyediakan dana penelitian lanjutan Hibah Bersaing  tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009b. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon.http://en.wikipedia.org/wiki/ Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. Tanggal akses 21 April 2011
Anonymous. 2009c. benzopyrene. http://en.wikipedia.org/wiki/benzopyrene . Tanggal akses 21 April 2011
Barrer. R.M. 1978. Zeolites and Clay Minerals as Sorbents and Molekuler Sieves. Academic Press, London.

Darmadji, P. 1995. Produksi asap cair dan sifat fungsionalnya [Laporan Penelitian]. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertani-an, Universitas Gadjah Mada .

Demirbas, A. 2005. Pyrolysis of ground beech wood in irregular heating rate conditions. Journal of Analytical Applied and Pyrolysis 73:39-43.

Doremire, M.E., G.E. Harmon and D.E. Pratt, 1979. 3,4-benzopyrene in charcoal grilled meats. A research note. J. Food Sci. 44 (2): 622-623

Girard, J.P. 1992. Smoking in Technology of Meat Products. New York: Clermont Ferrand, Ellis Horwood.

Hamm. R. 1976. Analysis of smoke and smoke foods. A., Rutskowski Editor : Advances in smoking of foods. Pragamon Press, Oxford: 1655.
 Maga, J. A. 1998. Smoke in Food Processing. Florida: CRC Press.

Nurhayati T. 2000. Sifat destilat hasi! Destilasi kering 4 jenis kayu dan kemungkinan pemanfaatannya seba gai pestisida. Buletin Penelitian Hasil Hutan 17: 160-168.

Pszezola, D. E. 1995. Tour highlights production and uses of smoke-based flavors. Liquid smoke a natural aqueous condensate of wood smoke provides various advantages in addition to flavors and aroma. J Food Tech 1:70-74.

Paris, 0., C. Zollfrank, and G. A. Zickler. 2005. Decomposition and carboni zation of wood biopolymer micro structural study of wood pyrolisis. Carbon 43:53-66.

Rhee, Ki Soon and L.J. Bratzler. 1968. Polycyclic hydrocarbon composition of wood smoke. J. Food Sci. (33) : 626-632.

Tranggono, S., B. Setiadji, P. Darmadji, Supranto, dan Sudarmanto. 1997. IdentifIkasi asap cair dari berbagai jenis kayu dan tempurung kelapa. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan 1(2): 15-24

Tilgner, D.J., 1977. The phenomena of quality in the smoke curing process. Pure and Appl.Che. vol. 49: 1629-1638. In Advance in smoking of food. Editor A.Rutkowski, Agriculture University of Warsaw. Pragmon Press, Oxford.
Tilman, D., 1981, Wood Combustion : Principles, Process and Economic, Academics Press Inc., New York, 74-93

Trisunaryanti, Wega. 1991. Modifikasi, karakteristik dan Pemanfaatan Zeolit. Tesis-S2. Fakuktas Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OPTIMALISASI KINERJA ALAT PENGHASIL ASAP CAIR DARI BAHAN BAKU LIMBAH PERTANIAN