PROSES PEMURNIAN ASAP CAIR UNTUK PENURUNAN KADAR BENZO(A)PYRENE TERHADAP KEAMANAN PANGAN
PROSES PEMURNIAN ASAP CAIR UNTUK PENURUNAN KADAR
BENZO(A)PYRENE TERHADAP KEAMANAN PANGAN
LIQUID SMOKE PURIFICATION PROCESS FOR BENZO(A)PYRENE
LEVELS LOWERING
ON FOOD SAFETY
S.P.Abrina Anggraini, Susy Yuniningsih
Program
Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Jl. Telaga Warna Blok C Tlogomas Malang
sinar_abrina@yahoo.co.id
Abstrak
Merebaknya produk
makanan yang diawetkan dengan formalin membuat cemas masyarakat akan produk
makanan. Serangkaian penelitian
dengan tujuan mendapatkan kandungan asap cair yang berkualitas sebagai
alternatif pengganti bahan pengawet makanan pada kondisi operasi yang berbeda
untuk mendapatkan grade 3 dan melakukan pemurnian asap cair untuk mendapatkan
grade 2, dan grade 1 terhadap bahan baku tempurung kelapa, akan
dilaksanakan selama 2 tahun. Asap cair yang dihasilkan dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis bahan dengan berbagai cara seperti
penyemprotan, pencelupan, atau dicampur langsung ke dalam makanan sehingga aman digunakan untuk kesehatan
masyarakat yang menjadi target pengganti bahan pengawet makanan yang aman
digunakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kandungan benzo(a)pyrene
dengan menggunakan proses pemurnian asap cair sehingga akan lebih aman
digunakan untuk masyarakat sebagai pengganti bahan pengawet yang alami
sekaligus pengurangan senyawa hidrokarbon polisiklis aromatik dengan cara redestilasi
asap cair tempurung kelapa pada suhu dan waktu tertentu.
Pada penelitian
ini menggunakan alat pirolisis untuk pembuatan asap cair dan destilasi dilanjut dengan kolom zeolit aktif
dan kolom berisikan karbon aktif sehingga didapatkan produk asap cair grade 2
dan grade 1 melalui proses pemurnian untuk mendapatkan karakterisasi asap cair antara
lain rendemen, nilai pH, dan kadar total fenol kemudian di analisa menggunakan
GC/MS dan LC/MS.
Kata kunci ; tempurung kelapa,
pirolisis, pemurnian, asap cair
Abstract
Outbreak of food products preserved
with formalin makes people anxious to food products. A series of studies with
the aim of getting quality content of the liquid smoke as an alternative to a
food preservative at different operating conditions to get the grade 3 and
perform purification of liquid smoke to get a grade 2, and grade 1 of the
coconut shell raw material, will be held for 2 years. Liquid smoke produced can
be applied to various kinds of materials in various ways such as spraying,
dipping, or mixed directly into food that is safe to use for public health are
targeted replacement of safe food preservative used.
The purpose of this study was to determine the content of benzo (a) pyrene by using liquid smoke purification process so it would be safe to use as a replacement for the natural preservative as well as the reduction of aromatic hydrocarbons polisiklis byredistillationof liquid smoke coconut shell on temperature and time.
The purpose of this study was to determine the content of benzo (a) pyrene by using liquid smoke purification process so it would be safe to use as a replacement for the natural preservative as well as the reduction of aromatic hydrocarbons polisiklis byredistillationof liquid smoke coconut shell on temperature and time.
In this
study using pyrolysis equipment for the manufacture of liquid smoke and
distillation continued with active zeolite columns and columns containing
activated carbon to obtain a liquid smoke product grade 2 and grade 1 through a
purification process to obtain the characterization of liquid smoke such as
yield, pH, and levels of total phenol then analyzed using GC/MS and LC/MS
Keywords;
coconut shell, pyrolysis, refining, liquid smoke
PENDAHULUAN
Ditemukannya sifat karsinogen hidrokarbon
polisiklis aromatis (HPA) dalam asap kayu telah meningkatkan banyaknya
penelitian dalam analisis asap dan makanan yang diasap (Hamm, 1976). Salah satu
HPA yang banyak menjadi
perhatian adalah benzo(a)pyrene. Senyawa ini
digunakan sebagai indikator kontaminasi HPA dalam makanan karena
penyebarannya sangat luas di alam dan sangat karsinogenik (Rhee dan Bratzler, 1968). Pembentukan
hidrokarbon polisiklis aromatis dalam asap dan makanan dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain komposisi kayu, suhu
pirolisis (Tilgner, 1976) dan kandungan lemak bahan (Doremire et al., 1979)
Merebaknya produk makanan yang diawetkan
dengan formalin membuat cemas masyarakat akan produk makanan tersebut. Penggunaan
formalin sungguh berbahaya sehingga berakibat fatal bagi tubuh. Pemakaian
formalin banyak dilakukan karena harganya yang murah dan penggunaannya yang
mudah. Selain itu, pengetahuan mengenai bahaya pemakaian formalin sebagai bahan
pengawet bahan makanan sangat kurang sehingga semakin banyak produsen atau
distributor makanan memakai bahan formalin untuk mengawetkan produk makanan
yang dijual. Padahal,
Badan Pengawasan Obat dan Makanan melarang penggunaan formalin untuk
mengawetkan makanan.
Kondisi tersebut memerlukan suatu solusi
untuk memecahkannya. Salah satu solusi yang dapat dipakai adalah asap cair (liquid
smoke) dengan
cara pirolisis yang juga menghasilkan produk berupa arang selain asap cair. Asap cair merupakan bahan kimia hasil destilasi asap hasil
pembakaran. Asap
cair yang mengandung sejumlah senyawa kimia diperkirakan berpotensi sebagai
bahan baku zat pengawet, antioksidan, desinfektan, ataupun sebagai biopestisida
(Nurhayati, 2000). Indonesia merupakan salah satu sentra komoditas perkebunan utama yaitu kelapa (Cocos
nucifera). Peningkatan produksi kelapa juga menimbulkan beberapa
masalah antara lain banyak sampah cangkang atau tempurung kelapa yang terbuang
dengan sia-sia terus menumpuk sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia. Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat organoleptik asap cair serta
menentukan kualitas produk pengasapan, sehingga pada pembuatan asap cair ini
digunakan bahan baku dari tempurung kelapa yang tidak termanfaatkan. Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada
sifat kayu, temperatur pirolisis, jumlah oksigen,
kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat
pembuatan asap cair (Girard, 1992). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kandungan benzo(a)pyrene
dengan menggunakan proses pemurnian asap cair sehingga dapat digunakan untuk
masyarakat sebagai pengganti bahan pengawet yang alami dengan pengurangan
senyawa hidrokarbon polisiklis aromatik dengan cara redestilasi asap cair
tempurung kelapa pada suhu dan waktu tertentu.
Asap
cair mempunyai berbagai sifat fungsional. Fungsi terutama adalah untuk meberi
flavor dan warna yang diinginkan pada produk asapan yang diperankan oleh
senyawa fenol dan karbonil. Fungsi selanjutnya yaitu dalam pengawetan karena
kandungan senyawa fenol dan asam yang berperan sebagai antibakteri dan
antioksidan (Pszczola, 1995). Asap cair juga mengandung senyawa yang merugikan
yaitu tar dan senyawa benzo(a)pyrene yang bersifat toksin dan karsinogenik
serta menyebabkan kerusakan asam amino essensial dari protein dan
vitamin-vitamin.
Redistilasi
merupakan salah satu cara pemurnian terhadap asap cair yaitu merupakan proses
pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Redistilasi asap cair dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak
diinginkan dan berbahaya, seperti polisiklik aromatis hydrokarbon (PAH) dan
tar, dengan cara pengaturan suhu didih sehingga diharapkan di dapat asap cair
yang jernih, bebas tar dan benzo(a)pyrene.
METODE PENELITIAN
Bahan dan alat
Bahan utama yang digunakan
adalam penelitian iniadalah asap cair tempurung kelapa yang dibuat pada suhu
400oC selama 5 jam. Asap cair yang diperoleh disimpan selama satu
minggu untuk memberi kesemapatan tar dan senyawa tidak larut lainnya mengendap.
Kemudian dialirkan melalui kolom zeolit aktif dan dilanjutkan dengan melewati
kolom karbon aktif.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pirolisator, alat distilasi yang dilengkapi alat pengatur
suhu, dan alat analisa yang digunakan adalah spektrometer Gas Chromatography and Mass Spectrometri (GC-MS)
merk Hewlett Packard GC 6890 MSD 5973 yang dilengkapi data base sistem Chemstation
dan LC-MS (Liquid Chro matography and Mass Spectrometri).
Pelaksanaan
Penelitian
Mula-mula 3
kg tempurung kelapa yang sudah dibersihkan dari sabutnya dan telah diperkecil
ukurannya dimasukan ke reaktor pirolisis, dipanasi dengan suhu yaitu 4000C selama 5 jam, akan diperoleh
3 fraksi : 1. Fraksi padat berupa arang tempurung dengan kualitas tinggi, 2.
Fraksi berat berupa Tar, 3. Fraksi ringan berupa asap dan gas methane. Dari
fraksi ringan kita alirkan ke pipa kondensasi sehingga diperoleh asap cair
sedangkan gas methane tetap menjadi gas tak takterkondensasi (bisa dimanfaatkan
sebagai bahan bakar). Asap cair yang diperoleh belum bisa
dipergunakan untuk pengawet makanan karena masih mengandung bahan berbahaya, sehingga perlu dilakukan pemurnian asap cair bertujuan untuk
meminimalisir jumlah tar pada asap cair.
Asap cair
yang diperoleh dari kondensasi asap pada proses pirolisis diendapkan lebih
dahulu satu minggu kemudian cairan diatas kita ambil dan dimasukkan ke dalam
alat destilasi pada suhu sekitar 1500C, hasil destilat
kita tamping. Hasil dari filtrasi distilat dilewati dengan
zeolit akitif bertujuan untuk mendapatkan asap cair yang benar-benar bebas dari
zat berbahaya seperti benzopyrene.
Caranya dengan mengalirkan asap cair distilat kedalam kolom zeolit aktif
sehingga diperoleh filtrat asap cair yang benar-benar aman dari zat berbahaya
seperti benzopyrene. Proses filtrasi selanjutnya dilewatkan melalui kolom karbon aktif untuk
mendapatkan filtrate asap cair dengan bau asap yang ringan dan tidak
menyengat, caranya filtrate dari filtrasi zeolit aktif dialirkan kedalam kolom
yang berisi karbon aktif sehingga filtrate yang kita peroleh berupa asap cair dengan bau asap yang
ringan dan tidak menyengat, maka sempurnalah asap cair sebagai bahan pengawet makanan yang aman dan
efektif serta alami.
Asap
cair yang diperoleh dika rakterisasi
dengan metode standar meli puti
total fenol, asam dan kandungan benzo(a)pyrene. Analisa yang digunakan untuk menjaga
kualitas asap cair yaitu di uji dengan menggunakan GC/MS dan LC/MS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi kimia tempurung kelapa
Penelitian
terhadap komposisi kayu (selulosa dan lignin) menunjukkan bahwa kadar lignin
pada tempurung kelapa yaitu sebesar 29,4%
sedangkan kadar selulosa sebesar 26,6%
Kandungan benzo(a)pyrene asap cair
Hasil penelitian kandungan ben zo(a)pyrene
asap cair dari tempurung kelapa pada suhu pirolisis 400oC didapatkan
hasil tidak terdeteksi kandungan benzo(a)pyrene di
dalam sasap cair grade 1. Data tersebut menunjukkan bahwa asap cair dari
tempurung kelapa mengandung benzo(a) pyrene
yang tinggi, hal ini karena tempurung kelapa memiliki kandungan lignin yang
tinggi sesuai dengan pendapat Maga (1986) yang menyatakan bahwa komposisi kayu
mempengaruhi kandu ngan benzo(a)pyrene,
dimana kayu yang mengandung lignin yang lebih tinggi akan menghasilkan asap
cair dengan kandu ngan benzo(a)pyrene
yang lebih tinggi, karena akan terbakar lebih panas dibandingkan kayu dengan
lignin lebih sedikit. Dengan demikian semakin banyak lignin yang
terdekomposisi, sehingga lebih banyak benzo(a)pyrene yang terbentuk.
Pemanfaatan zeolit untuk menyerap
benzo(a)pyrene
Zeolit mengalami
dehidrasi apabila dipanaskan. Meskipun struktur kerangka zeolit akan menyusut,
kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan yang nyata, karena molekul H2O
dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit terdehidrasi sebagai adsorben
dan penyaring molekul, dikarenakan strukturnya yang berongga, sehingga mampu
menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran sesuai. Selektivitas dan
efektivitas adsorpsinya juga tinggi. Penggunaan zeolit aktif sebagai penyerap
sangat efektif dalam menurunkan kandungan benzo(a)pyrene yang terdapat di dalam
asap cair grade 1.
Tabel 1.
Kandungan Benzo(a)pyrene Asap
Cair Tempurung
Kelapa pada Suhu
Pirolisis 4000C
setelah dilewati Kolom
Zeolit Aktif.
Jenis
Sample
|
Grade
Asap Cair
|
Benzo(a)pyrene
(ppb)
|
Tempurung Kelapa
|
1
|
Tidak terdeteksi
|
3
|
8,451
|
Pada Tabel 1
menunjukkan bahwa penggunaan zeolit aktif sebagai penyerap pada hasil
penelitian menunjukkan kandungan benzo(a)pyrene setelah melewati proses
filtrasi zeolit aktif tidak terdeteksi. Hal ini tampak adanya penurunan yang
terjadi pada kandungan benzo(a)pyrene grade 3 ke grade 1 yaitu dari 8,451 ppb menjadi tidak terdeteksi adanya
kandungan benzo(a)pyrene pada asap cair grade 1. Penurunan ini disebabkan
karena pada proses aktivasi akan menyebabkan peningkatan pelepasan aluminium
dari kerangka zeolit sehingga meningkatkan rasio Si/Al (Trisunaryanti, 1991).
Rasio Si/Al yang semakin besar akan meningkatkan adsorpsi molekul-molekul
organik yang kurang polar dan berinteraksi lemah dengan air dan molekul-molekul
lain yang polar (Barrer, 1978). Proses aktivasi juga meningkatkan kristalinitas
dan luas permukaan zeolit, dengan demikian kemampuan adsorpsinya akan makin
besar.
Zeolit
bersifat adsorben karena memiliki struktur berongga-rongga, sehing ga
senyawa tar dan benzo(a)pyrene yang terdapat dalam asap cair saat dilewati
penyaring zeolit aktif akan terjebak di dalam rongga zeolit, disini zeolit
mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai
dengan ukuran rongganya. Sedangkan asap cair yang molekulnya jauh lebih kecil
dapat melewati rongga dari zeolit keluar sebagai filtrat yang bebas senyawa tar
dan benzo(a)pyrene, dan zeolit juga dapat melepaskan molekul air dari dalam
permukaan rongga sehingga menye babkan
medan listrik meluas ke dalam rongga utama yang menyebabkan terjadinya
interaksi saling mengikat antara zeolit dengan tar dan benzo(a)pyrene.
Tabel 2. Komponen
Aktif Asap Cair
Jenis Sampel
|
Grade
|
Kandungan
|
|
Fenol (%)
|
Asam (%)
|
||
Tempurung Kelapa
|
1
|
0,67
|
58,76
|
3
|
0,59
|
8,12
|
Pada Tabel
2. menunjukkan hasil analisa tersebut
bahwa zeolit juga menyerap komponen lain dalam asap cair. Penurunan
kandungan benzo(a)pyrene ternyata diikuti pula perubahan senyawa fungsional
antara lain seperti senyawa fenol dan asam. Pada grade 1 adalah asap cair yang memiliki kualitas yang paling tinggi, sedangkan
grade 4 adalah asap cair
yang memiliki kualitas paling rendah.
Grade 1 merupakan asap cair yang dihasilkan
dari distilasi
pada suhu 150°C sampai 200 °C.
Grade 1 memiliki kualitas yang tertinggi dibandingkan dengan fraksi asap cair
lainnya karena memiliki kandungan fenol dan asam organik yang paling tinggi. Asap cair grade
1 ini memiliki kadar fenol sebesar 0,67% dan kadar asam sebesar 58,76%. Hal ini terjadi karena proses pirolisis pada penelitian ini berlangsung selama
5 jam sehingga
memungkinkan
bagi
kompo nen
dari kayu untuk terdekomposisi
selu ruhnya menghasilkan senyawa-senyawa penyusun asap cair,
termasuk asam-asam organik. Apabila pembakaran dilakukan secara cepat, maka ada
kemungkinan komponen kayu tersebut tidak terdekomp osisi secara sempurna.
Pirolisis pada suhu 400°C akan menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik tinggi dan pada suhu lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi
pembentukan
senyawa
baru
dan oksidasi produk
kondensasi diikuti kenaikan linier
senyawa tar dan hidrokarbon
polisiklis
aromatik
(Girrard,
1992; Maga,1988). Menurut Darmadji (1995), fenol dan asam organik berfungsi sebagai zat
antimikrobial pada asap cair, dan
peranannya akan semakin meningkat apabila kedua
senyawa tersebut
ada bersama-sama.
Grade 3 merupakan asap cair yang berasal dari distilasi pada suhu 100°C sampai 125°C. Asap cair grade 3 ini memiliki kualitas dibawah kualitas asap cair grade
1 karena memiliki kadar fenol dan kadar asam yang lebih rendah. Asap cair grade
3 ini memiliki kadar fenol sebesar
0,59% dan kadar asam sebesar
8,12%. Hal ini disebabkan karena asap cair grade 3
ini
memiliki komponen air dalam jumlah yang banyak, sehingga air dapat menurunkan kepekatan dan kualitas dari asap cair.
Kualitas asap
cair yang dihasil kan pada
penelitian
ini ditentukan
oleh kadar fenol dan kadar asam pada asap cair karena kedua senyawa tersebut
yang memiliki
peranan paling besar sebagai zat antimikroba. Semakin tinggi
kadar fenol dan
kadar asam dari asap cair, maka kemampuan untuk
mene kan pertumbuhan mikroorganisme dari asap cair tersebut akan semakin tinggi. Asap cair yang memiliki kualitas paling tinggi (grade 1) memiliki kuantitas yang paling
rendah karena kandungan air
pada asap cair tersebut sangat rendah sehingga meningkatkan kepekatan dari zat aktif di dalamnya seperti fenol dan asam asetat. Sebaliknya, asap cair dengan kualitas yang paling rendah (grade 3)
memiliki kuantitas yang paling tinggi, karena kandungan air di
dalamnya sangat tinggi sehingga menurunkan
tingkat kepekatan zat aktif di dalamnya. Ini berarti bahwa suhu distilasi mempengaruhi nilai kadar fenol dari asap cair yang diperoleh.
Keasaman dari asap cair ini juga dipengaruhi oleh kadar fenol pada asap cair
tersebut. Semakin tinggi kadar fenol, maka asap cair akan menjadi semakin
asam, hal ini
dapat dibuktikan
pada
Tabel
2
Kadar
Fenol
Fenol merupakan
zat aktif yang dapat memberikan efek
antibakteri dan antimikroba
pada
asap cair. Selain
itu, fenol juga dapat memberikan
efek antioksidan kepada bahan makanan
yang akan diawetkan. Identifikasi
fenol terhadap
kualitas asap
cair yang dihasilkan
diharapkan
dapat mewakili
kriteria
dari mutu asap cair
tersebut, sehingga hasilnya dapat diaplikasikan kepada semua
produk pengasapan. Kadar fenol pada asap cair juga menentukan aplikasi asap cair tersebut.
Kadar
Asam
Kadar asam merupakan salah satu sifat kimia yang menentukan kualitas
dari asap cair yang diproduksi. Asam organik yang memiliki peranan tinggi dalam asap cair adalah asam
asetat. Asam asetat kemungkinan terbentuk sebagian dari lignin dan sebagian lagi dari
komponen karbohidrat dari selulosa.
Senyawa-senyawa asam pada asap cair memiliki sifat antimikroba. Sifat antimikroba tersebut akan semakin meningkat apabila asam organik ada
bersama- sama dengan senyawa fenol. Senyawa asam organik terbentuk
dari pirolisis komponen-komponen kayu seperti
hemiselulosa dan selulosa pada suhu tertentu.
Hal ini terjadi karena proses pirolisis pada penelitian ini berlangsung selama
5 jam sehingga
memungkinkan
bagi
komponen
dari kayu untuk terde komposisi seluruhnya menghasilkan se nyawa-senyawa penyusun asap cair, termasuk asam-asam organik. Apabila pembakaran dilakukan secara cepat, maka ada
kemungkinan komponen kayu tersebut tidak terdekomposisi secara sempurna.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Penggunaan zeolit aktif sebagai penyerap
sangat efektif untuk menurunkan kandungan benzo(a) pyrene.
2.
Kandungan benzon(a)pyre yang ter dapat asap cair grade 3 sebesar 8,541 ppb sedangkan pada asap cair grade 1 tidak
terde teksi adanya kandungan benzo (a)pyrene pada suhu pirolisis 400oC dari
tempurung kelapa.
3.
Penurunan kandungan benzo(a)
pyrene mempengaruhi kualitas senyawa fungsional yang lain, yaitu fenol dan asam
pada grade 1 sebesar 1,67% dan 58,76% sedang kan pada grade 3 sebesar 0,59% dan
8,12%.
Saran
Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan
tentang mengevaluasi pem buatan asap cair yang maksimal dari berbagai jenis bahan limbah
pertanian, sehingga akan termanfaatkan terutama bagi masyarakat
UCAPAN TERIMA KASIH
Diucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah menyediakan dana penelitian
lanjutan Hibah Bersaing tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009b. Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon.http://en.wikipedia.org/wiki/
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon.
Tanggal akses
21 April 2011
Anonymous.
2009c. benzopyrene. http://en.wikipedia.org/wiki/benzopyrene .
Tanggal akses 21 April 2011
Barrer. R.M. 1978. Zeolites and Clay Minerals as Sorbents and Molekuler
Sieves. Academic Press, London.
Darmadji,
P. 1995. Produksi asap cair dan sifat fungsionalnya [Laporan Penelitian].
Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertani-an, Universitas Gadjah Mada .
Demirbas,
A. 2005. Pyrolysis of ground beech wood in irregular heating rate conditions.
Journal of Analytical Applied and Pyrolysis 73:39-43.
Doremire,
M.E., G.E. Harmon and D.E. Pratt, 1979. 3,4-benzopyrene in charcoal grilled
meats. A research note. J. Food Sci. 44 (2): 622-623
Girard,
J.P. 1992. Smoking in Technology of Meat Products. New York: Clermont Ferrand,
Ellis Horwood.
Hamm. R. 1976.
Analysis of smoke and smoke foods. A., Rutskowski Editor : Advances in smoking
of foods. Pragamon Press, Oxford: 1655.
Maga, J. A. 1998. Smoke in Food Processing.
Florida: CRC Press.
Nurhayati
T. 2000. Sifat destilat hasi! Destilasi kering 4 jenis kayu dan kemungkinan
pemanfaatannya seba gai pestisida. Buletin Penelitian
Hasil Hutan 17: 160-168.
Pszezola,
D. E. 1995. Tour highlights production and uses of smoke-based flavors. Liquid
smoke a natural aqueous condensate of wood smoke provides various advantages in
addition to flavors and aroma. J Food Tech 1:70-74.
Paris,
0., C. Zollfrank, and G. A. Zickler. 2005. Decomposition and carboni zation of wood biopolymer micro structural study of wood
pyrolisis. Carbon 43:53-66.
Rhee,
Ki Soon and L.J. Bratzler. 1968. Polycyclic hydrocarbon composition of wood
smoke. J. Food Sci. (33) : 626-632.
Tranggono,
S., B. Setiadji, P. Darmadji, Supranto, dan Sudarmanto. 1997. IdentifIkasi asap
cair dari berbagai jenis kayu dan tempurung kelapa. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan 1(2): 15-24
Tilgner,
D.J., 1977. The phenomena of quality in the smoke curing process. Pure and
Appl.Che. vol. 49: 1629-1638. In Advance in smoking of food. Editor
A.Rutkowski, Agriculture University of Warsaw. Pragmon Press, Oxford.
Tilman,
D., 1981, Wood Combustion : Principles, Process and Economic, Academics Press
Inc., New York, 74-93
Trisunaryanti, Wega. 1991. Modifikasi,
karakteristik dan Pemanfaatan Zeolit. Tesis-S2. Fakuktas Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar