KAJIAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK UNTUK PEMBUATAN BIOBRIKET YANG MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN

KAJIAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK UNTUK PEMBUATAN BIOBRIKET YANG MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN

S.P. Abrina Anggraini
Program Studi Teknik Kimia
Universitas Tribhuwana Tunggadewi ; Jl. Telaga Warna Malang


ABSTRAK
Sampah telah menjadi masalah lingkungan di seluruh pemukiman di Indonesia. Sampah organik dari pemukiman yang mencemari lingkungan ternyata dapat diolah menjadi biobriket sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif penanganan sampah pemukiman dari pada dibakar percuma adalah dengan pembakaran pirolisis dari sampah organik
Metode pengolahan sampah yang dilakukan dengan menggunakan metode daur-ulang yaitu pemulihan energi karena mampu mengubah limbah organik menjadi produk bernilai jual tinggi, mudah dalam pengoperasian, ramah lingkungan dan standar safety yang tinggi. Teknologi tepat guna yang digunakan adalah dengan system pirolisis
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan tujuan yaitu mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan mengtahui besarnya potensi energy dari bberapa jenis bahan brikt serta sejauh mana biobriket sebagai sumber enegi alternative pengganti minyak tanah. Bahan baku biobriket yang digunakan adalah sampah organik dari pemukiman melalui teknologi pirolisis sehingga akan dihasilkan emisi gas buang yang ramah lingkungan dengan level jauh dibawah ambang batas yang dipersyaratkan.
Penggunaan biobriket sampah sebagai bahan bakar rumah tangga berdasarkan survey dapat menghasilkan potensi energy biobriket dari limbah batang dan daun jagung kering sebesar 66,35 GJ dan energy tongkol jagung sebesar 55,75 GJ apabila dibandingkan dengan serbuk gergaji sekitar 17-20 MJ/kg, sekam padi sebesar 14,8 MJ/kg, dan sampah perkotaan sebesar 6400 kkal/kg. Harga pasaran biobriket untuk masyarakat lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah dan jenis bahan bakar lainnya.
Kata Kunci : biobriket, pirolisis, limbah organic

PENDAHULUAN
Setiap hari kita tak dapat lepas dari sampah, karena kita membuangnya baik di rumah atau di kantor dan dimanapun kita berada. Tidak heran hal tersebut akan menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara. Bukan hanya pemandangan tak sedap, bau busuk, gangguan kesehatan tetapi juga ancaman terhadap kehidupan, seperti saat ini di Indonesia tepatnya di Cimahi terdapat korban dari pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah yaitu pada tanggal 21 Februari 2006 terdapat korbannya sebanyak 143 orang. Berdasar perhitungan Bappenas dalam buku infrastruktur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di Indonesia sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Berdasarkan data tersebut maka kebutuhan TPA pada tahun 1995 seluas 675 ha dan meningkat menjadi 1610 ha di tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar dengan terbatasnya lahan kosong di kota besar.  
Kebutuhan bahan bakar bagi masyarakat yang sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang selama ini dirasakan terjangkau karena subsidi oleh pemerintah, namun demi penghematan yang dilakukan oleh pemerintah. Mengingat beban subsidi BBM yang mencapai lebih dari 60 triliyun rupiah. Maka pemerintah melakukan pencabutan atau pengurangan subsidi tersebut. Akibatnya kemampuan masyarakat untuk membeli bahan bakar minyak menjadi menurun dan bahkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan lainnya pun masyarakat mengalami kesulitan akibat dampak dari pengurangan subsidi BBM yang mengakibatkan kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya. Energi alternatif adalah energi yang pada umumnya sumber daya nonfosil yang dapat diperbarui atau bisa dikelola dengan baik, maka sumber dayanya tidak akan habis.
Biobriket merupakan salah satu energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan. Bahan baku dalam pembuatan biobriket sangat mudah di dapat karena berasal dari bahan organik yang ada disekitar kita, Bahan dasarnya dapat berupa limbah organik; kayu-kayu sisa, daun-daun kering, makanan sisa, kertas, kotoran ternak, sisa pertanian, dan sisa kehutanan. Dengan memanfaatkan limbah organik hal ini tentunya dapat mengatasi masalah limbah yang selama ini menjadi polemik di masyarakat. Dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana, biobriket bisa dibuat dengan memproses limbah organik atau biomassa dalam pembakaran udara terbatas yang disebut sistem pirolisis. Teknologi sederhana ini bisa diterapkan secara luas oleh masyarakat untuk membuat sendiri bahan bakar guna memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga masyarakat tidak terlalu bergantung akan minyak tanah dan tidak melakukan pengrusakan hutan dengan menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
Murahnya biobriket karena untuk memperoleh bahan tanpa eksplorasi ke perut bumi. Bahan baku biobriket diperoleh di halaman rumah. Beragam jenis sampah organik kering seperti dedaunan, limbah jagung, serbuk gergaji, dan sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku. Selain masalah energi, masalah sampah juga tertanggulangi dengan adanya briket sampah.
Tujuan
1.    Mengetahui besarnya potensi energi dari beberapa jenis bahan briket untuk dipergunakan sebagai bahan bakar yang lebih optimal.
2.    Mengetahui sejauh mana biobriket sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak tanah.
3.    Memperoleh gambaran efisiensi bioarang sebagai energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan.
Manfaat
1.    Sebagai energi alternative pengganti kayu bakar dan minyak tanah untuk memasak
2.    Membersihkan lingkungan dari sampah biomassa atau sampah pekarangan
3.    Memanfaatkan sumber daya alam yang masih tersedia dan melimpah, serta menghemat sumber daya alam yang sudah menipis
4.    Mendapatkan energi dengan biaya yang murah untuk memasak dan bebas polusi

DASAR TEORI
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, karena setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Sehari setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah.
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup  60-70% dari total volume sampah. Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat, di buang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur. Sisa sampahnya bisa diolah dengan cara penumpukan (dibiarkan membusuk), pengkomposan (dibuat pupuk), pembakaran. Dari ketiga cara pengelolaan sampah basah yang biasa dilakukan dibutuhkan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang cukup luas. Selain itu efek yang kurang baikpun sering terjadi seperti pencemaran lingkungan, sumber bibit penyakit ataupun terjadinya longsor.
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu : Metoda Pembuangan (Penimbunan darat dan Pembakaran/pengkremasian); Metode Daur-ulang (Pengolahan kembali secara fisik, Pengolahan biologis, dan Pemulihan energi); Metode penghindaran dan pengurangan. Dalam pengelolaan sampah ini digunakan metode daur-ulang yaitu pemulihan energy. Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Jika kita amati sebenarnya penggunaan energy kayu bakar kurang efisien, karena asap yang dikeluarkan sesungguhnya masih mengandung 55% energy panas, dan hal ini akan terbuang percuma. Selain itu asap kayu bakar yang masih mengandung energy panas tersebut sebagian dapat masuk ke paru-paru manusia dan mengganggu kesehatan (Julius seran, 1991). Sampah berdasarkan jenisnya terdiri dari sampah organic yaitu pada umumnya berupa bangkai hewan, kotoran hewan, sisa tanaman, sisa pertanian, sisa perkebunan dan sampah anorganik yaitu berupa plastik, kaca, logam,besi.
Biobriket adalah arang yang diperoleh dari pembakaran biomassa kering dengan sistem tanpa udara (pirolisis). Adapun biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup, baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Pirolisis merupakan pembakaran atau pengarangan dengan menggunakan udara terbatas. Pada proses pembakaran terbuka di mana unsur oksigen (O2) terlalu banyak, sisa pembakaran bukan menghasilkan arang, melainkan abu. Pada pembakaran terbuka unsur karbon (C) tidak terikat. Proses pembakaran dengan teknik pembakaran terkendali, di mana oksigen (O2) dibatasi. Kayu atau materi yang dibakar tidak akan langsung luruh menjadi abu. Pembakaran akan menghasilkan kristal arang hitam dengan unsur karbon (C) tinggi. Kristal arang hitam pekat inilah yang kemudian lebih dipadatkan lagi dengan bentuk briket bioarang sehingga bisa menghasilkan bara api yang lebih kuat dan tahan lama. Penggunaan biobriket berbahan baku sampah organik ini dinilai sangat ekonomis. Bahan bakunya bisa disebut sangat berlimpah, yakni sampah-sampah organik yang selalu bertumpuk dengan volume yang terus bertambah. Kita tidak perlu membeli bahan baku sehingga biaya produksi untuk bahan baku sama dengan nol rupiah. Biaya yang diperlukan untuk produksi bioarang terdapat pada biaya penyediaan tempat pembakaran pirolisis yakni tanur atau drum bekas, selain itu biaya tenaga kerja dan transportasi pengangkutan limbah saja yang perlu diperhitungkan. 
Nilai efisiensi 1 kilogram bioarang setara dengan 1,5 liter minyak tanah. Dengan asumsi 1 liter minyak tanah bisa digunakan untuk memasak selama dua jam, sedangkan 1 kilogram biobriket bisa tahan selama 4 – 6 jam. Kalori yang dihasilkan juga cukup tinggi, yakni mencapai lebih dari 6400 kkal/kg. Seperti tabel 1

Tabel 1. Parameter antara minyak tanah dengan bioarang
No
Parameter
Minyak tanah
Biobriket
1
2
3
4
Nilai ekivalen
Memasak selama
Nilai kalori
Harga .
1,5 liter
2 jam
9000 kkal/liter
Rp. 2500,00
1 kilogram
4–6 jam
6400 kkal/kg
Rp.1300,00 -
                                                                                       

METODOLOGI
Dengan perkembangan teknologi dan sistem manajemen,  saat ini sampah dapat dijadikan solusi/peluang ekonomi. Yaitu dengan pemilahan sampah organik di perkotaan maupun dipedesaan dapat dihasilkan berbagai macam produk, diantaranya: kompos, arang termasuk briket arang, karbon aktif, cuka asap dan abu silikat yang bisa digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan yang selanjutnya akan membantu ekonomi masyarakat. 
          Pendekatan secara garis besar yang digunakan untuk mengetahui potensi sumber energy yang paling besar  jika dilihat dari besar nilai kalor yang didapat dari beberapa jenis bahan untuk pembuatan biobriket adalah dengan melakukan kajian pada data yang tersedia baik data dari sampah organik berupa dedaunan atau ranting, tangkol jagung, sekam padi, dan serbuk gergaji. Data yang terkumpul kemudian diolah sesuai dengan kebutuhan.
Metode Pelaksanaan Kajian
          Pendekatan pelaksanaan studi merupakan kumpulan langkah-langkah yang dilakukan serta dipakai dalam melaksanakan dan menyelesaikan kajian. Metode ini terdiri dari pengumpulan data, analisis data, pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan.
Analisis Data
Informasi atau data dari literatur dan informasi dari internet diolah untuk merumuskan permasalahan-permasalahan yang ada mengenai sumber energi alternatif yang merupakan dampak dari kelangkaan dan pengurangan subsidi bahan bakar minyak terutama minyak tanah yang berimbas pada masyarakat. Dengan menawarkan biobriket sebagai energi alternatif tersebut untuk dikembangkan didaerah pedesaan dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat maka analisis dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji kelemahan-kelemahan yang ada kemudian dianalisis juga relevansinya dengan penelitian-penelitian terbaru dari internet. Hasil analisis ialah berupa konsep baru yang dianggap mampu memberikan tingkat keberhasilan dan pemanfaatan yang lebih baik dari sebelumnya.
Pemecahan Masalah
Dari analisis masalah yang ada, perlunya pencarian sumber energi alternatif yang dapat mensubtitusi minyak tanah dengan sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. 
Pemecahan masalah yang dapat dilakukan saat ini adalah :
1.      Menemukan metode pemanfaatan bioarang yang murah dan mudah penggunaanya.
2.        Menemukan teknologi sederhana yang aplikatif dan efektif dalam memproduksi bioarang secara massal.
Dengan mengatasi permasalahan lewat alternatif solusi tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat dalam menggunakan minyak tanah dan beralih pada bioarang.
Proses Pembuatan Arang Briket
Seperti sudah disebutkan bahwa arang juga merupakan produk yang dihasilkan dari hasil pemilahan sampah organik, yang setelah diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar.  Dibawah akan dijelaskan proses perubahan sampah organik menjadi arang. Pertama memasukkan sampah organik kering ke dalam tungku pirolisis yang dibuat dari drum bekas oli dengan volume 200 liter. Drum dilubangi dengan diameter 1 cm pada empat muka, dan ketinggian 1/3 dan 2/3 tinggi drum. Tutup drum diberi cerobong asap bediameter 10 cm yang terbuat dari pipa besi setinggi 70 cm dan di las mati dengan tutup drum yang mudah dibuka-tutup. Pada bagian tengah drum diberi kayu atau pipa paralon dengan diameter kurang lebih 10 cm. Setelah drum diisi dengan sampah organik, pelan-pelan pipa tersebut dicabut dan sampah dinyalakan. Apabila sampah telah terbakar, drum ditutup dan bara api dipelihara tetap menyala. Setelah 1/3 bagian bara api di bagian bawah tidak berasap, tutup lubang di empat muka drum dengan tanah liat. Demikian seterusnya sampai seluruh bara api di drum tidak berasap. Apabila terjadi penyusutan sampah organik di dalam drum, tambahkan lagi sampai penuh. Pemanasan dianggap selesai apabila tidak terdapat api lagi di dalam drum. Kemudian dinginkan drum tanpa membuka tutupnya. pendinginan memerlukan waktu kurang lebih selama enam jam. Setelah dingin, arang bisa dibongkar dan dihaluskan dengan cara menumbuk (± 20 mesh) untuk dicetak dengan mesin pres menjadi briket arang sampah sederhana. Caranya karbon hasil ayakan itu di campur dengan perekat agar padat. Pemadatan dilakukan agar bahan bakar mempunyai nilai kalori yang tinggi, sampai 5.000 kal/g. Memanfaatkan tepung kanji alias tapioka sebagai bahan perekat. Bahan lain sebagai perekat adalah blotong atau limbah produksi gula. Sekilo tapioka diencerkan dalam 10 kg air hangat dan diaduk merata hingga menjadi lem. Campuran karbon dan lem dimasukkan ke pencetak berupa pipa PVC sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci. Kemudian mengepres campuran itu hingga padat sepanjang 6 cm. Hasil cetakan lantas dijemur hingga kering selama 2 hari. Kemudian juga mengoven biobriket basah itu selama 2 jam. Sumber panas dalam oven itu adalah panas pembakaran sampah. Proses pembuatan biobriket sejak pembakaran daun-daun hingga pemadatan mencapai 2 jam; jika menggunakan tongkol jagung, 4 jam.
Secara ekonomi pun biobriket memiliki keunggulan yang lebih jika dibandingkan dengan jenis bahan bakar. Dengan asumsi memasak selama dua jam maka di dapat perbandingan beberapa jenis bahan bakar seperti tabel. 2 berikut:
Tabel 2. Perbandingan nilai ekonomis beberapa jenis bahan bakar
No
Jenis Bahan Bakar
2 Jam Memasak
Harga Bahan Bakar
Keterangan
1
Minyak tanah
1 liter
Rp. 2500,-
(harga kompor Rp.20.000–Rp.100.000,-)
2
Biobriket
0,5 kg
Rp. 650,-
(harga kompor Rp.25.000–Rp.130.000,-)
3
Biogas
20 kg
Rp. 0,-
berasal dari kotoran sapi, harga reaktornya Rp.1.500.000,-
4
Briket batubara
1,8 kg briket
Rp. 1620,-
(harga kompor Rp.30.000–Rp.200.000)
5
Gas kota
1 kW*2h = 4,2 kWh
0,23 Euro
(Rp.2747)
kondisi Jerman, asumsi:
1 Euro =Rp.12.000,-
harga gas 5,45 ct/kWh,
1kWh listrik = 1,4 kWh energi gas
6
BiomassaKayu ”kampung"
2 ikat
Rp. 2400,-
7
Kayu ”bekas bangunan"
1,5 kg
Rp. 2250,-
8
Blotong
1/60 dari 1 bak
Rp. 833,-
sampah produksi di pabrik gula, dijual per 1 truk mini seharga Rp. 50.000,-
9
Listrik
1200 W*2h = 2,4 kWh
0,38 Euro
(Rp.4.596,-)
harga listrik 15,96 ct/kWh
kondisi Jerman, asumsi: 1Euro=Rp.12.000,-
10
Gas- Elpiji
1,2 kg
Rp.7.000,-
asumsi harga per Tabung Rp.70.000,-
asumsi : 12 kg gas elpiji untuk 2 jam memasak terpakai habis dalam 10 hari
                        
Terlihat dari tabel di atas untuk kasus di Indonesia dilihat dari nilai ekonomis, bahan bakar bioarang dan biogas paling murah, dan elpiji paling mahal. Hal penting disimak adalah anggapan tidak benar bahwa memasak dengan kayu pada harga sekarang lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah pada harga dasar pemerintah.
Karena memasak dengan 1 liter minyak tanah sama dengan memasak dengan 2 ikat kayu kampung. Bila asumsi untuk memasak selama 2 jam dibutuhkan 1,2 kg gas elpiji, maka harga memasak dengan elpiji di Indonesia lebih mahal dari memasak pakai listrik atau gas kota di Jerman di atas satu pelat/sumber panas. Sedangkan memasak dengan menggunakan bioarang selama dua jam yang hanya menghabiskan 0,5 kg bioarang dengan asumsi harga Rp. 1.300,00 per kilogram.

HASIL DAN DISKUSI

Biobriket Limbah Jagung
Jagung (Zea mays) adalah merupakan tanaman pangan yang penting di Indonesia. Pada tahun 2006, luas panen jagung adalah 3,5 juta hektar dengan produksi rata-rata 3,47ton/ha, produksi jagung secara nasional 11,7 juta ton. Menurut Prasetyo (2002) limbah batang dan daun jagung kering adalah 3,46 ton/ha sehingga limbah pertanian yang dihasilkan sekitar 12.1juta ton. Dengan konversi nilai kalori 4370 kkal/kg (Sudradjat, 2004) potensi energi limbah batang dan daun jagung kering sebesar 66,35 GJ. Energi tongkol jagung dapat dihitung dengan menggunakan nilai Residue to Product Ratio (RPR) tongkol jagung adalah 0,273 (pada kadar air 7,53%) dan nilai kalori 4451 kkal/kg (Koopmans and Koppejan, 1997; Sudradjat, 2004). Potensi energi tongkol jagung adalah 55,75 GJ.
Untuk memperkirakan potensi riil energy limbah jagung, penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada.
 Propinsi
Gambar 1. Potensi riil energi limbah jagung di Indonesia tahun 2006

Dalam bentuk arang (char), efisiensi penggunaan energi tongkol jagung dapat ditingkatkan. Proses pembentukan arang (carbonization) menggunakan prinsip dasar proses pirolisa cepat/karbonasi cepat, dimana terjadi proses pembakaran pada suhu berkisar 150-600oC dengan udara yang sangat terbatas. Karbonisasi pada tekanan 1,2 Mpa, menyala setelah 2 menit pemanasan dan aliran udara pada autoclave dihentikan setelah 18 menit. Produktivitas fixed-carbon mencapai 100%. Kandungan energi tongkol jagung: 3.500–4.500 kkal/ kg atau 14.7-18.9 MJ/kg, suhu pembakaran dapat mencapai 205oC  Sedangkan sumber pustaka lain menyebutkan bahwa dengan karbonisasi tongkol jagung, kandungan energinya dapat mencapai 32 MJ/kg (Watson, 1988 dalam Prostowo, dkk., 1998; Mochidzuki, et al.,2002). Energi termal dari hasil pembakaran merupakan teknologi konversi biomasa yang paling tua, dan menghasilkan efisiensi panas hanya sekitar 12% (Manurung,2004). Pemanfaatan panas langsung yang paling banyak dilakukan orang adalah untuk memasak atau pengeringan dengan menggunakan tungku. Jika panas yang dihasilkan dipergunakan untuk memanaskan ketel uap maka dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga mekanis atau listrik.

Biobriket Sekam Padi dan Serbuk Gergaji
Dari analisis ultimate dan analisis proximate pada sekam padi terlihat bahwa sebagian besar sekam padi terdiri dari volatil. Dengan kadar volatil yang tinggi diharapkan dapat diperoleh gas dan cairan dari proses pirolisis dalam jumlah yang banyak. Kadar karbon dan kadar oksigen dalam sekam padi juga hampir berimbang sekitar 35-38%. Ini menunjukkan bahwa dalam minyak pirolisis nantinya akan mempunyai kadar oksigen dalam jumlah yang banyak. Kandungan belerang dalam sekam padi adalah nol. Akibatnya hasil pembakaran dari minyak pirolisis sekam padi akan lebih ramah lingkungan dibandingkan hasil pembakaran batubara. Zat silika yang terdapat dalam sekam padi mencapai 16,98% (Hambali, 2007). Nilai kalor dari sekam padi adalah sekitar 14,8 MJ/kg dan sedikit dibawah nilai kalor serbuk gergaji  ( 17-20 MJ/kg).

Biobriket Sampah Perkotaan
Sampah di Indonesia diperkirakan hanya mempunyai nilai kalor 6400 kkal/kg dan jauh dibawah LHV( lower  heating value) biomass yang 15-20 MJ/kg.
Secara ekonomi pun biobriket memiliki keunggulan yang lebih jika dibandingkan dengan jenis bahan bakar. Dengan asumsi memasak selama dua jam maka di dapat perbandingan beberapa jenis bahan bakar seperti tabel. 2 berikut:
Tabel 2. Perbandingan nilai ekonomis beberapa jenis bahan bakar
No
Jenis Bahan Bakar
2 Jam Memasak
Harga Bahan Bakar
Keterangan
1
Minyak tanah
1 liter
Rp. 2500,-
(harga kompor Rp.20.000–Rp.100.000,-)
2
Biobriket
0,5 kg
Rp. 650,-
(harga kompor Rp.25.000–Rp.130.000,-)
3
Biogas
20 kg
Rp. 0,-
berasal dari kotoran sapi, harga reaktornya Rp.1.500.000,-
4
Briket batubara
1,8 kg briket
Rp. 1620,-
(harga kompor Rp.30.000–Rp.200.000)
5
Gas kota
1 kW*2h = 4,2 kWh
0,23 Euro
(Rp.2747)
kondisi Jerman, asumsi:
1 Euro =Rp.12.000,-
harga gas 5,45 ct/kWh,
1kWh listrik = 1,4 kWh energi gas
6
BiomassaKayu ”kampung"
2 ikat
Rp. 2400,-
7
Kayu ”bekas bangunan"
1,5 kg
Rp. 2250,-
8
Blotong
1/60 dari 1 bak
Rp. 833,-
sampah produksi di pabrik gula, dijual per 1 truk mini seharga Rp. 50.000,-
9
Listrik
1200 W*2h = 2,4 kWh
0,38 Euro
(Rp.4.596,-)
harga listrik 15,96 ct/kWh
kondisi Jerman, asumsi: 1Euro=Rp.12.000,-
10
Gas- Elpiji
1,2 kg
Rp.7.000,-
asumsi harga per Tabung Rp.70.000,-
asumsi : 12 kg gas elpiji untuk 2 jam memasak terpakai habis dalam 10 hari
                        
Terlihat dari tabel di atas untuk kasus di Indonesia dilihat dari nilai ekonomis, bahan bakar biobriket dan biogas paling murah, dan elpiji paling mahal. Hal penting disimak adalah anggapan tidak benar bahwa memasak dengan kayu pada harga sekarang lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah pada harga dasar pemerintah.
Karena memasak dengan 1 liter minyak tanah sama dengan memasak dengan 2 ikat kayu kampung. Bila asumsi untuk memasak selama 2 jam dibutuhkan 1,2 kg gas elpiji, sedangkan memasak dengan menggunakan bioarang selama dua jam yang hanya menghabiskan 0,5 kg biobriket dengan asumsi harga Rp. 1.300,00 per kilogram.



KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.    Tanaman jagung (Zea mays) adalah merupakan tanaman pangan terpenting kedua di  Indonesia. Berdasarkan karakteristik fisik dan kimianya, tanaman jagung memiliki banyak kegunaan, berpotensi sebagai sumber energy terbarukan dan produk samping yang bernilai ekonomis tinggi yaitu limbah batang dan daun jagung kering sebesar 66,35 GJ dan energy tongkol jagung sebesar 55,75 GJ apabila dibandingkan dengan serbuk gergaji sekitar 17-20 MJ/kg, sekam padi sebesar 14,8 MJ/kg, dan sampah perkotaan sebesar 6400 kkal/kg.
2.    Biobriket bisa digunakan sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah.
3.    Harga pasaran biobriket untuk masyarakat lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah dan jenis bahan bakar lainnya.
4.    Bahan pembuatan biobriket dengan menggunakan limbah organik yang berlimpah dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan ramah lingkungan.
5.    Secara ekonomis, biobriket  memiliki potensi bisnis yang sangat menguntungkan dan dapat mensejahterakan masyarakat
6.    Konversi biobriket dari berbagai sumber dapat menjadi sumber energi alternatif sehingga akan mengurangi ketergantungan masyarakat pada minyak

DAFTAR PUSTAKA

Koopmans, A. and Koppejan, J. 1997. Agricultural and Forest Residues-Generation, Utilization and Avaibility. Paper presented at the Regional Consultation on Modern Applications of Biomass Energy, 6-10 January 1997, Kuala Lumpur, Malaysia.
Manurung, R. 2004. Teknologi Konversi Limbah Pertanian Sebagai Sumber Energi Terbarukan di Indonesia. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian, di Balai Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong, 12 Agustus 2004.
Mochidzuki, K. Lloyd S. Paredes, and Michael J. Antal, Jr. 2002. Flash Carbonization of Biomass. Http://www.hnei.hawai.edu/flash_carb_biomass.pdf
Prasetyo, T, Joko Handoyo, dan Cahyati Setiani. 2002. Karakteristik Sistem Usahatani Jagung-Ternak di Lahan Irigasi. Prosiding Seminar Nasional: Inovasi Teknologi Palawija, Buku 2- Hasil Penelitian dan Pengkajian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, hal. 581-605.
Prastowo, B.; R. Hanif; T.M. Lando. 1998. Rekayasa Teknologi Pengeringan dan Penyimpanan Jagung di Daerah Tadah Hujan.
http://bbpmektan.litbang.deptan.go.id/abstrak/th_1998/tek._pengeringan_penyimpanan_jagung.htm
Sudradjat, R. 2004. The Potential of Biomass Energy Resources in Indonesia for the Possible Development of Clean Technology Process (CTP). Proceedings (Complete Version) International Workshop on Biomass & Clean Fossil Fuel Power Plant Technology: Sustainable Energy Development & CDM, pp. 36-59.
Seran, Julius B. 1991. Bioarang untuk Memasak. Jakarta: Lyberty.

Widarto dan Suryanto. 1995. Teknologi Tepat Guna Membuat Bioarang dari Kotoran Lembu. Yogyakarta, Pnerbit Kanisius.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OPTIMALISASI KINERJA ALAT PENGHASIL ASAP CAIR DARI BAHAN BAKU LIMBAH PERTANIAN